Friday 22 November 2013

Lubang

Apao seorang bocah lelaki yang cerdas. Dan seperti bocah pada umumnya, ia menginginkan orangtuanya utuh. Tapi ayahnya melarat dan ibunya tak tahan hidup susah. Bagaimanapun ia berusaha mencegah, ibunya akhirnya kabur juga ketika ia dan ayahnya sedang liburan. Kepergian ibunya membuat ayahnya terpuruk. Ia malah mabuk-mabukan, pekerjaannya kacau dan dikejar-kejar penagih hutang. Apao terus meminta ayahnya mencari ibunya dan ketika ayahnya mulai acuh, ia berusaha mencari sendiri. Ia mendapati ibunya sudah hidup nyaman dan tengah hamil pula. Ia merasa diabaikan. Karenanya, daripada hidup nyaman dengan ibunya, ia memilih kembali pada ayahnya yang melarat.

Ayahnya hidup dalam keterpurukan yang kian dalam dan ketika uang sudah ludes, sang  ayah menyuruh Apao mencuri. Selalu gagal dan akhirnya ditangkap polisi. Ketika ia minta tolong, ayahnya tak datang menolong. Ia pun masuk penjara. Ketika sang ayah datang membesuk dengan segala penyesalan, ia marah dan menggigit telinganya.  Sang anak pun hidup dengan lubang menganga. Untunglah, itu cuma di film. After this Our Exile (2006). Film yang besutan sutradara Patrick Tam dan dibintangi Aaron Kwok ini terasa begitu menyesakkan. Tapi bukankah dalam kehidupan nyata juga begitu banyak anak yang hidup dengan lubang menganga? Dan kenyataan bahwa aku tidak termasuk di antaranya, membuatku merasa bersyukur. Betapa tidak nyamannya hidup dengan lubang seperti itu. Lubang luka yang acapkali menjadi tempat berbiaknya bermacam sakit: amarah, dendam, kecewa, benci...