Friday 30 October 2009

untitled

langit mendung. udara lembab mengambang. menguarkan kenangan-kenangan yang berkarat. terasa begitu jauh dan tak nyata.

Tuesday 13 October 2009

after 7 years...

Mei. 10. 2009

hari masih pagi. langit tak terlalu cerah. pelabuhan tak terlalu ramai. ini bukan musim orang bepergian. jadi bis yang kutumpangi tak perlu terlalu lama antre masuk feri. penyeberangan merak-bakauheni. untuk ke sekian kali. 7 tahun lalu, juga menyeberangi selat ini dari arah yang berbeda. bakauheni-merak. menjelang sore dan matahari berwarna kekuningan. penuh semangat menuju geladak meski penat oleh perjalanan yang terasa lambat dan membosankan. ada teman seperjalanan yang cukup menyenangkan. febi. sama-sama mengukir harap di seberang lautan, kota gudeg.

kami duduk di geladak, menikmati dua mangkok popmie dan sekaleng fanta stroberi. sementara orang riuh berlalu lalang, febi bercerita tentang kepulangannya beberapa waktu lalu. di atas kapal penyeberangan yang sama, ia merobek-robek surat cinta dari mantan pacarnya. membuangnya ke laut dan meneteskan air mata. aku membayangkan, betapa dramatisnya adegan itu. ia juga bercerita tentang mimpinya. meski ia merasa tak sepenuhnya mampu, ia harus mengambil tes masuk kedokteran karena orangtua dan kakaknya menginginkan itu. jika pun tidak lulus, ia tetap harus kuliah di bidang kesehatan, jadi perawat misalnya. karena orangtua dan kakaknya ingin ia begitu. aku membisu. aku memutuskan untuk ikut tes masuk perguruan tinggi tanpa sepengetahuan orangtuaku.

lalu kami berkenalan dengan dua bule kumal. yang satu, thorwald namanya. pemuda 21 tahun asal jerman, sedang mengisi liburan dengan backpacking ke Indonesia. ia usai dari kerinci tapi gagal mendaki karena sungai penuh meluap dan berniat melanjutkan perjalanan ke jogja. ia baru selesai wamil dan akan masuk universitas usai liburan. jurusan yang diambilnya: guru. aku tertawa mendengarnya. di mataku, cita-cita menjadi guru terlihat sangat konvensional juga mulia. tapi di mata seorang bule, ternyata berbeda. thorwald ingin jadi guru karena itu profesi yang akan menghasilkan banyak uang dan mudah mendapat pekerjaan. ooh..

di atas kapal penyeberangan itu, kami disatukan oleh mimpi-mimpi yang sama.

tujuh tahun telah berlalu. takdir membawaku kembali menyeberangi selat ini. tak banyak yang berbeda. aroma anyir karat yang sama, lengket udara beraroma laut dan keceriaan anak-anak berebut lemparan rupiah. tapi perjalanan kali ini aku merasa sepenuhnya sendiri. tak ada febi, tak ada thorwald. aku duduk sendirian di atas geladak, menatapi gejolak air laut berwarna kehijauan dengan genangan cemaran minyak yang mengambang di atasnya. di kejauhan ada kelabu gedung-gedung pencakar langit, kapal-kapal nelayan dan pulau-pulau kecil yang terserak di sepanjang selat. perjalanan ini terasa lama. sesekali bertegur sapa dengan beberapa orang. di geladak belakang, seorang tukang jamu tanpa lelah riuh mengocehkan khasiat kayu dari pedalaman sunda.

7 tahun begitu cepat. di atas feri, menyeberangi selat ini 7 tahun yang lalu, aku menyeberang bersama impianku. kini, 7 tahun kemudian, kembali kuseberangi selat yang sama dengan impian yang berbeda.

Ita

Sept. 23. 2009
Aku bertemu Ita 7 tahun yang lalu. sama-sama dalam jeda liburan tahun ajaran baru. aku dalam persinggahan di rumah orang tuaku dan dia di rumah kakak perempuannya. Ita bertubuh semampai, hangat, ramah dan cantik. hal yang membuatku kagum sekaligus iri.

pada malam menjelang kepergianku, kami duduk di teras rumah orang tuaku, rumah panggung kayu, dalam remang cahaya lampu minyak. kami mengobrol. sementara cahaya bintang berkerlipan di atas kami dan angin malam menguarkan aroma pembakaran dari ladang-ladang yang baru di buka. kami mengobrol tentang banyak hal, meski aku tak ingat apa saja isi obrolan itu. kami sama-sama sedang menapaki jalan menuju usia dewasa, bersiap menyemai tunas impian dan harapan yang masih segar, seperti tunas-tunas tanaman di pekarangan yang baru disemai nenek dan ibu. impian dan harapanku siap kusemai di seberang lautan, sementara Ita lebih sederhana. ia ingin menyelesaikan sekolah menengahnya yang terpaksa putus karena kerusuhan.

di penghujung obrolan, Ita meminta fotoku untuk kenang-kenangan. aku mengiyakan dengan tak yakin. bagiku, meninggalkan kenangan foto untuk teman perempuan yang baru kukenal sekitar sepekan terasa konyol. tapi malam itu, kupilah-pilah juga foto yang kuanggap terbaik untuk kuberikan padanya.

esoknya, masih begitu pagi ketika bapak mengajakku berangkat. orang-orang masih lelap dibuai mimpi. aku tak sempat mengucap salam perpisahan untuk Ita dan memberikan foto yang dimintanya. tapi, sejujurnya aku tak terlalu sedih. tak ada kesan yang terlalu berarti dalam hari-hari kebersamaan kami. lagipula, kurasa aku terlalu antusias menyongsong mimpi-mimpiku.

tahun-tahun berlalu dan tak banyak yang kuingat tentang Ita. bahkan perlahan aku pun lupa namanya. aku hanya ingat bahwa dia cantik tapi wajahnya kuingat dengan samar.

tujuh tahun berlalu sudah sejak saat itu. pekarangan telah gelap oleh pokok-pokok sawit. kami bertemu lagi. aku dalam jeda libur lebaran di rumah orang tuaku dan dia berlebaran di rumah kakaknya. banyak hal yang berubah, tapi dia tetap semampai, cantik, hangat dan ramah. dia langsung mengucap namaku dan memelukku begitu kami bertemu. lalu ia memperkenalkan bocah perempan kecil cantik berumur sekitar 5 tahun sebagai 'gadisku'. aku berusaha menanggapi keramahannya, merasa sedikit malu. jika tak diingatkan ibuku, aku bahkan tak ingat bahwa namanya Ita.

kudengar ia tak jadi meneruskan sekolahnya dan kemudian menikah dengan lelaki yang bekerja jadi satpam di petrochina. kurasa ia telah meraih mimpi-mimpinya. agaknya mimpi yang berbeda dari yang kami obrolkan pada malam itu. tapi ia terlihat begitu bahagia. aku juga telah meraih salah satu mimpiku di seberang lautan tapi masih terus terengah-engah menggapai mimpi yang lain.

Saturday 10 October 2009

freiburg: menuju openair museum

pemberhentian menuju open air museum. thanks horst.

freiburg: indonesian party2


indonesian party, konyol seperti badut.

frankfurt airport


pertama kali menginjakkan kaki di frankfurt airport.

the teeth



we have same teeth, don't we?

walang kekek


dua ekor walang kekek. kampung naga, tasik malaya

malioboro suatu ketika


serasa di luar negeri, hehehe

ketika kecil

foto waktu masuk sd. ketakutan sama tukang foto, betapa noraknya:)

freiburg: weinfest


beberapa hari di freiburg, michael mengajak kami ke weinfest. festival wine di daerah pinggiran freiburg. awalnya tak terlalu tertarik karena dia yang mengajak. tapi tak ingin terkesan tak menghargai didukung rasa penasaran, kami pun memutuskan pergi: aku, sita, devi, kaka, edo, vera dan michael. sore kami berangkat dengan kereta. mungkin sekitar satu jam perjalanan sebelum kami turun di stasiun kecil nan lengang. festival anggur adalah saat orang-orang mengeluarkan persediaan anggur mereka dan orang-orang boleh mencicipi anggur terbaik dengan harga murah. masih lengang waktu kami datang. orang-orang membuka stan di sepanjang jalan. tenda-tenda kecil dengan tabung-tabung anggur, dan deretan gelas di meja. segelas harganya 2 euro plus gelas 1 euro. dengan gelas di tangan, kita bisa berkeliling, mencicipi anggur yang kita suka. awalnya tak yakin aka mencoba tapi karena yang lain mencoba akhirnya ikut mencoba. segelas anggur putih dingin. ini pertama kalinya mencicipi anggur. terasa membakar di tenggorokan. tapi hangat dan nikmat. kami berkeliling sambil membawa gelas di tangan tanpa tertarik mencoba anggur yang lain. di ujung stan, ada semacam pertunjukan. sirkus atau apalah. segelas anggur sudah tandas. tiba-tiba aku merasa melayang. mabuk? masa segelas anggur bikin mabuk. aku terus mencoba mengontrol kesadaranku. mabuk sungguh memalukan. untung serangan itu cuma sejenak. udara semakin dingin. dan entah bagaimana kami tercerai berai. aku, sita, devi dan kaka. michael yang sedianya jadi guide kami menghilang entah kemana bersama vera dan edo. jengkel, kami memutuskan untuk pulang. di halte, menunggu kereta agak lama. mendapati dua lelaki mabuk tertawa-tawa. sepanjang jalan kepalaku terasa sangat pusing. pulang, aku tertidur. pulas sekali. esok paginya aku terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing. tapi satu hal kusesali, kenapa aku tak mencoba lebih banyak anggur kemarin?

albert-ludwig university 1

me and socrates di siang hari bolong, albert-ludwig university, freiburg.

strassbourg, suatu hari


ngebet pengin ke perancis. sedikit iri sama beberapa teman yang sudah ke sana. akhirnya memutuskan untuk pergi. bareng anke dan moritz. devi, m'sita dan aku. minggu pagi. naik mobil merah kap terbuka, diiringi lagu california. langit biru cerah musim panas di atas kami. hamparan hijau ladang gandum. menyeberangi perbatasan yang hanya dipisahkan sebentang sungai dan jembatan. welcome to perancis. perancis? aneh rasanya sudah menginjakkan kaki di negara yang berbeda yang secara topografi nyaris tak berbeda.


di dekat perbatasan, anke ngajak mampir ke supermarket. daging di sini lebih murah. katanya. anggur juga. mari belanja dulu. kami hanya melihat-lihat.


perjalanan diteruskan. jalan lurus, halus mulus nan lengang. hijau di kanan kiri jalan. kastil-kastil coklat di bukit-bukit kejauhan. dan, strassbourg. markas uni eropa. kotanya terlihat tua dan suram dengan trem dan bus berwarna suram. freiburg jauh lebih hidup, ujar kami.


kita akan mengunjungi gedung uni eropa. kata anke. kami berputar-putar di tengah kota. tak juga menemukan si gedung. tanya sana-tanya sini. tetap berputar-putar. lelah, akhirnya anke berujar, kita ke katedral dulu saja. kami berputar mencari tempat parkir. sebuah ruang bawah tanah di tengah-tengah lapangan kota. pengap, panas dan membuat pusing. mungkin ada 3 tingkat dan setiap ruang nyaris sama dengan entah berapa mobil di dalamnya.


kami keluar lewat pintu kecil, dan muncul tepat di sehampat lapangan tempat orang-orang muda duduk-duduk dan mengobrol. aku membayangkan suasana malam yang hangat di sana. sebentar kami mampir di semacam galeri seni yang memajang karya-karya kontemporer anak-anak. sebelum akhirnya sampai ke katedral yang menjulang. megah dan antik. sedang tak ada misa. ruangan yang megah terlihat lengang. patung-patung, ornamen-ornamen, kursi-kursi kayu yang hitam mengkilat. berapa umur bangku-bangku itu? ratusan tahun? berapa generasi manusia telah mendudukinya? sebagian mereka telah mati. dan bangku-bangku itu masih tegak berdiri. abadi.


aku sedikit terkejut membaca tulisan: katedral notre-dame. teringat victor hugo yang menulis si bungkuk dari notre-dame. aku membayangkan si tokoh yang menulis dari atas menara gereja. aku membayangkan hidup pada masa karya itu ditulis.


foto-foto, kami belanja souvenir di depan katedral. piring-piring pajangan, kartu pos...tak ada yang terlalu istimewa. perut lapar dan kami kelayapan mencari tempat makan. kafe-kafe memajang harga menu di pintu depan. tak ada yang kurang dari 7 euro. bukan harga yang murah. kami berjalan di sepanjang pinggir sungai dengan kanal-kanalnya. rumah-rumah kayu penuh bunga warna merah yang bermekaran. strassbourg, terasa santai dan bersahaja. tapi kenapa makanannya kurang bersahaja?


anke mulai ngedumel karena kelaparan. moritz mengeluarkan bekal. 5 potong sandwich yang ia buat sendiri. kami merasa terharu. kami sama sekali tak memikirkan hal seperti itu. tapi sepotong sandwich kurang cukup mengganjal perut kami. lapar masih menggerogoti.


kami memutuskan kembali ke tempat parkir. tapi moritz disorientasi. kami lebih-lebih lagi. anke marah-marah karena panik. itu mobil ayahnya. kalau hilang adalah bencana. moritz mencari dalam diam. kami menunggu dengan deg-degan. sekitar setengah jam, baru ketemu. kita pulang saja ya. ujar anke. kami serempak mengangguk. ya. lain kali saja melihat kantor uni eropa. ya. dan kami pun pulang. badan terasa letih. tapi setidaknya kami telah menginjakkan kaki di perancis. hal yang bisa jadi bahan cerita:)


kembali ke freiburg. sore yang cerah dan terasa indah. sungguh, musim panas terasa sorga. kembali ke flat, mendapati marie dan jochen. kami ke strassbourg. ke katedral notre-dame, tempat victor hugo. marie tertawa. bukan itu katedralnya. notre-dame victor hugo ada di paris. oogh...sedikit malu. tapi strassbourg kota yang menyenangkan, bukan? rileks. hmm. aku jauh lebih suka freiburg, ujarku. freiburg terasa lebih hidup dan berwarna. giliran marie yang mengerutkan kening. oogh..'

pada akhirnya...



pada akhirnya, sampai pada titik ini lagi. ketika kelelahan sampai pada titik kuliminasi. mungkin, ini waktunya untuk berhenti. sungguh melelahkan hidup dalam fantasi. ya, berhenti. harus berhenti. dan memulai lagi.

Tuesday 6 October 2009

capung

capung. 2 tahun di bawah air menjadi larva. lalu sayapnya muncul. bermertamorfosis menjadi capung. hidup di alam terbuka selama 4 minggu. sekitar 300 juta tahun bentuknya tak berubah.

Friday 2 October 2009

anak-anak kejasung 2


bersemangat untuk belajar.

my family


me, my dad and little bro. iedul fitr 2008.

sungai kejasung besar

sungai kejasung besar, taman nasional bukit 12. may be it's kind of heaven :)

sungai kejasung besar

anak-anak kejasung

tersenyum bersama anak-anak kesajung. dari kiri ke kanan : ?, bulang, merenca, nyembah, betenggang, maru, grinting and me

Gempa Sumbar 2009

Lagi. bencana datang. 30 september 2009, sekitar jam 5 sore, gempa 7,5 sr di padang & pariaman. paginya, menjelang jam 9 gempa 7 sr melanda kerinci. bukan awal bulan yang indah. sungguh, kematian adalah misteri. Dia yang maha besar telah berkehendak dan kita begitu kecil.