Tuesday 7 July 2015

Tentang "I Promise You"


(photo taken from @Dwi_Yan twitpic)
Ini adalah tentang 3 sahabat yang bersama sejak kecil: Dira, Ega dan Silla. Mereka saling berjanji untuk selalu bersama, saling menjaga dan tak menyakiti. Namun, masalah menjadi rumit ketika mereka saling jatuh cinta. Dan, persahabatan mereka pun terusik. Cerita kemudian akan fokus pada bagaimana mereka berusaha untuk tetap menjaga persahabatan dan tak saling menyakiti. Belakangan, juga akan muncul sosok Ugo, yang akan menambah warna cerita.

Klise? Hehe, saya lebih senang menyebutnya klasik. Karena meski sudah banyak cerita cinta semacam ini, entah kenapa rasanya tetap menarik untuk diceritakan kembali. Meski begitu, menulis cerita semacam ini juga punya kesulitan tersendiri. Bagaimana membuat kisah klasik tidak jatuh pada pengulangan yang membosankan alias klise.

Saya sendiri tidak bisa menyebut apakah yang saya tulis klasik atau klise. Tapi, setidaknya, saya sudah berusaha semampu saya untuk membuat cerita saya berbeda dengan cerita sejenis yang sudah-sudah. Saya berusaha untuk menjaga orisinalitas pada karakter, plot, setting dan alur cerita. Dan saya berharap, bahwa yang saya tulis benar-benar bukan sekadar klise.

Awalnya, saya memberi judul novel saya "Friendship". Meski menggunakan sudut pandang "aku" sebagai si pencerita, saya ingin menekankan hubungan persahabatan antara ketiga tokoh utamanya. Saya sendiri merasa kurang pas dengan judul itu karena terkesan terlalu 'datar', dan seperti yang saya duga, redaksi minta saya untuk menggantinya. Bagi saya, cukup sulit menemukan judul yang terasa pas. Saya mengajukan beberapa judul tambahan, tapi masih dianggap tidak ada yang pas. Dan yah, akhirnya, judul inilah yang dipilihkan redaksi di antara beberapa alternatif. Meski  sebenarnya saya sempat berharap judulnya agak 'berbunga' dan menggunakan Bahasa Indonesia, tapi ketika melihat desain cover-nya saya pun merasa sreg dengan judul yang diusulkan redaksi. Saya yakin, redaksi punya pertimbangan sendiri. 



Seperti saya bilang di tulisan saya sebelumnya, setelah penantian yang lama, lega rasanya buku ini akhirnya benar-benar diterbitkan. Meski kemudian muncul kekhawatiran-kekhawatiran yang lain. Hal yang mungkin juga dialami penulis-penulis lain, terutama penulis-penulis tak (/belum? :P) populer seperti saya. Pertanyaan-pertanyaan yang mengusik di benak: bagaimana tanggapan pembaca? sukakah mereka? what's next? bisakah terus menulis? bisakah buku berikutnya diterbitkan? Hmm... yah, semoga saja...wish me luck! :D

Monday 6 July 2015

Jalan Panjang "I Promise You"

Saya menulis novel ini di tengah rasa jenuh saya  di lapangan ketika masih bekerja di pedalaman Jambi. Sebenarnya, ini adalah ide tulisan yang muncul belakangan dibanding beberapa tulisan saya yang lain. Idenya muncul begitu saja di antara lamunan saya. Ide tentang cinta segitiga dan cinta yang muncul dari persahabatan sejak kecil, memang selalu menarik bagi saya. Bagi saya, itu adalah cerita yang klasik dan karenanya selalu menarik.

Dari awal, saya sudah memiliki gambaran seperti apa tokoh-tokoh saya. Namun butuh beberapa waktu untuk menemukan ending yang pas.

Saya bukan penulis yang konsisten dan sangat tergantung mood. Sehingga tulisan-tulisan saya biasanya saya tinggalkan berserakan, selesai setengah-setengah. Pun dengan tulisan ini. Setelah ide utamanya saya tulis, saya membiarkannya lama terbengkelai. 



Hingga suatu hari, saya terhenyak. Saya dulu pernah punya keinginan untuk bisa menerbitkan buku saya sebelum usia saya 25 tahun. (Well, sebenarnya saya pernah menulis novel dan diterbitkan pada usia 22 tahun, tapi saya merasa itu adalah semacam 'proyek gagal' dan saya agak enggan mengingatnya :( )

Usia 25 akhirnya lewat begitu saja dan jangankan diterbitkan, satu buku pun belum ada yang selesai saya tulis. Kemudian saya menargetkan lagi bahwa saya harus punya buku setidaknya pada usia 27. Kenapa 27? Haha, saya agak terinspirasi ucapan Gie (Nicholas Saputra) di film Gie, bahwa usia 27 tahun adalah usia terjadinya hal-hal penting dalam kehidupan.Tapi 27 pun lewat begitu saja tanpa ada satu buku pun yang selesai saya tulis. Oke, akhirnya saya berusaha memasang target, setidaknya sebelum usia 30 tahun! Maka suatu hari, ketika sedang musim libur kantor, saya memutuskan untuk menyelesaikan salah satu tulisan saya. Setelah saya pilah-pilah, akhirnya tulisan inilah yang menurut saya idenya paling "jadi" dan juga sudah selesai sekitar 60 %.

Selama sekitar sepuluh hari menjelang libur lebaran, saya pun mulai mengobrak-abrik tulisan saya lagi. Mencoba mengisi bolong di sanasini dan setelah merasa jadi, memprint-nya dan mengirimkannya ke penerbit.

Pemilihan penerbit, sejak awal saya memang memilih Gagasmedia. Setelah melihat-lihat di toko buku, saya pikir penerbit inilah yang cocok dengan genre tulisan saya. Di sisi lain, saya menyukai desain-desain cover Gagas yang meski nge-pop tapi terkesan elegan dan tidak picisan. Saya selalu membayangkan bahwa buku saya akan terbit dengan desain sampul seperti itu.

Bulan Mei 2013, sekitar 7 bulan sejak pengiriman itu, akhirnya saya ditelepon orang yang memperkenalkan diri sebagai Mbak Michan, editor Gagas, mengatakan kalau novel saya bakal diterbitkan. Wah! Saya pun melonjak kegirangan. Jujur, saya sempat tak berani terlalu berharap ketika mengirimkan tulisan saya. Seorang teman yang punya banyak relasi dengan penulis mengatakan kalau menerbitkan buku di penerbit besar itu butuh relasi atau setidaknya sudah punya nama. Sementara saya tak punya relasi siapa-siapa, nama juga nggak ada yang kenal, hihi. Karenanya, kenyataan bahwa novel yang pertama saya kirim ke penerbit dan ternyata lolos hendak diterbitkan, membuat saya benar-benar gembira.

Editing dimulai. Rombak sana rombak sini. Beberapa bagian harus dipotong karena terlalu bertele-tele, beberapa bagian direvisi. Tak jarang ego penulis saya muncul dan merasa tak setuju dengan beberapa saran revisi. Tapi setelah saya baca-baca lagi, baru saya sadar kalau tulisan saya banyak yang bolong-bolong.

Ketika editor mengatakan "belum tahu" ketika saya tanya kapan persisnya buku saya akan terbit, saya kira itu artinya sekitar 3-6 bulan saja. Karena saya pikir, itulah waktu ideal proses editing blabla... Tapi ketika enam bulan berlalu dan belum ada kejelasan kapan buku saya terbit, saya mulai sedikit frustrasi dan was-was bahwa jangan-jangan, buku saya nggak jadi diterbitkan. Tapi ketika saya konfirmasi ke editor, dia bilang nggak akan seperti itu karena mereka sudah bilang mau menerbitkan dan saya merasa sedikit lega. Meski masih penasaran dan nggak sabar, akhirnya saya pasrah saja. Pastilah penerbit punya pertimbangan tersendiri. Bagaimanapun, saya hanyalah penulis baru yang belum punya nama dan saya juga sadar, tulisan saya bukanlah sesuatu yang sangat luar biasa sehingga kemungkinan juga tidak akan terlalu prospektif secara komersial. Untungnya, saya tidak menggunakan banyak 'penunjuk waktu' dalam tulisan saya sehingga saya juga tak terlalu khawatir bahwa isinya nggak update lagi misalnya.

Dan yah, buku itu sudah terbit sekarang, setelah sekitar dua tahun berproses. Ibarat bayi, ia sudah dilahirkan dan saya tahu, ia bukan milik saya lagi. Ia sudah bebas di luar sana dan pasarlah yang kemudian akan menentukan nasibnya. Jujur, hal ini membuat saya agak nerves. Meski saya tidak berani bermimpi ia akan menjadi best seller atau semacamnya, tapi saya berharap cukup banyak orang berminat untuk membacanya. Dan syukur-syukur, ada manfaat yang didapat ketika membacanya. Tidak muluk-muluk, sekadar perasaan senang dan terhibur saja sudah cukup. Semoga...^_^