Sunday 13 August 2017

Kepergian Chester & Ketidakbahagiaan Kita

Chester...
Chester meninggal dunia. Saya cukup terkejut ketika membaca berita ini di timeline medsos saya. Dan lebih terkejut lagi ketika tahu bahwa kematiannya disebabkan bunuh diri. Duuuh...  😢😢

Saya bukan fans berat Chester ataupun Linkin Park (sering disingkat LP). Tapi sebagai generasi yang melewati masa remaja di era boomingnya lagu-lagu  mereka, saya cukup akrab dengan beberapa lagu mereka yang ngehits seperti Faint, In the End, Crawling... Menurut saya mereka keren, musiknya bagus dan enak didengar. Pada masanya, mereka adalah salah satu band terbaik. Dan di antara anggota Linkin Park, hanya Chester dan Mike Shinoda yang kemudian saya hafal nama dan familiar dengan wajahnya. Kalau Mike,  karena dia satu-satunya keturunan Asia di sana yang membuat saya merasa 'serumpun.' Sementara Chester adalah sang vokalis, dan sebagaimana umumnya vokalis band, seolah selalu didapuk menjadi wajah depan bandnya. Di samping itu, suara Chester memang sangat enak di dengar. Konon pula, Chester yang banyak berkontribusi pada penulisan lagu-lagu Linkin Park
Linkin Park, yang jadi bagian masa remaja saya
Belasan tahun berlalu sejak era kejayaan mereka. Saya sendiri tak terlalu mengikuti perkembangan band ini dan tidak pernah update lagu-lagu terbaru mereka meski saya dengar kalau mereka masih eksis. Dan tetiba, kabar kematian Chester!

Musisi atau pekerja seni meniggal karena bunuh diri, bukanlah hal baru kalau tidak mau dibilang sangat sering malah. Beberapa waktu lalu, ada aktor gaek Robbin Williams juga meninggal karena bunuh diri. Sebelum-sebelumnya, ada aktor Heath Ledger (yang baru berusia 27 tahun dan sedang di puncak karirnya), Ammy Winnehouse, Kurt Cubain... Dan pertanyaan saya selalu sama: kenapa???? Kenapa harus bunuh diri?

Bunuh diri, apapapun caranya, umumnya dilakukan karena si pelaku mengalami depresi akut yang membuat hidupnya menjadi terasa tak tertahankan. Pendeknya, bunuh diri terjadi karena ketidakbahagiaan.  Untuk kasus Chester, saya  membaca bahwa Chester mengalami hal mengerikan di masa lalu. Hal yang sepertinya kemudian menjadi momok gelap dalam hidupnya: orang tua yang bercerai, korban bully dan pelecehan seksual ketika kecil, pribadi minderan dan tidak percaya diri.... Momok gelap itu kemudian membawanya lari ke alkohol dan obat-obatan. Hal yang sepertinya tak pernah benar-benar dilepaskan dari hidupnya. Beberapa hari menjelang kematiannya, sahabat terbaiknya, Chris Cornell, meninggal karena bunuh diri juga. Kesedihan yang mendalam itulah yang mungkin memicu tindakan bunuh diri Chester.

Mengalaminya sendiri pastilah sangat sulit, dan saya tak ingin mengatakan bahwa penderitaan Chester rasanya 'tak seberapa.' Hanya saja, bagi saya pribadi, seringkali tak habis pikir kenapa sih orang-orang  dengan nama 'besar' seperti Chester (dan juga yang lain) merasa begitu tak bahagia? Di mata orang awam seperti saya, rasanya mereka punya 1001 alasan untuk bahagia. Dalam kasus Chester, meski mengalami masalalu yang menyakitkan, tapi toh kemudian dia berhasil membuktikan kepada dunia bahwa dia menjadi 'seseorang' dengan S besar pula. Namanya dikenal di seluruh penjuru dunia, bakat musiknya dipuja-puji, karirnya cemerlang, ia juga sudah menikah dan punya anak. Meski mungkin belakangan popularitasnya semakin menyurut, tapi saya yakin, secara materi ia tak berkekurangan. Saya bahkan membaca kalau beberapa hari sebelum kematiannya, ia menuliskan hal-hal positif di twitter-nya. Dengan semua hal itu, rasanya ia punya banyak alasan untuk bahagia bukan?

Hmm, yah, tapi hidup memang tak sesederhana itu. Setiap orang punya alasan ketidakbahagiaannya sendiri-sendiri. Wang sinawang, kata orang Jawa. Apa yang kita pikir bisa membuat kita bahagia, belum tentu bagi orang lain. Ukuran kebahagiaan orang berbeda-beda. Bisa jadi bahwa seorang yang miskin harta, yang rumahnya gubuk reyot dan untuk makan sehari-hari saja susah, ternyata bisa lebih sering bahagia daripada seorang yang berlimpah harta dan tinggal di rumah mewah. Karenanya, betul kata sebuah kata-kata bijka kalau kebahagiaan itu terletak bukan pada apa yang terjadi atau apa yang kita alami, tapi tentang bagaimana kita memandang tentang apa yang terjadi atau yang kita alami.  Hidup kadang memang sulit dan menyebalkan, tapi mungkin kita bisa menghibur diri, kalau justru itulah yang membuat hidup ini menarik. Kalau hidup lurus-lurus saja, pastilah membosankan. Lagipula, kalau kita tidak pernah merasakan ketidakbahagiaan, bagaimana kita tahu apa artinya kebahagiaan? Ketidakbahagiaan membuat kita jadi lebih menghargai hal-hal yang bisa membuat kita bahagia. So, let's be HAPPY!😄


RIP Chester Bennington | Jambi, 21 Juli 2017