Wednesday 25 February 2015

Penulis Favorit: Lucy M. Montgomery

Bermula Dari The Golden Road
Saya "kenal" Lucy M Montgomery secara tak sengaja. Berawal dari kebiasaan saya ngubek-ubek obral buku murah di Gramedia. Pada kesempatan seperti ini, karena harganya yang begitu murah, saya seringkali kalap dan membeli buku apa saja yang terlihat menarik meski belum pernah mendengar atau membaca resensinya sama sekali. Pun ketika menemukan buku bersampul coklat dengan judul "The Golden Road"-nya Lucy yang hanya dihargai Rp. 15.000, tanpa pikir panjang langsung saya masukkan ke tas belanja.


Harus saya akui, saya bukan pembaca yang tekun sehingga buku-buku yang saya beli kadang numpuk beberapa lama sebelum dibaca. Dan karena saya tak punya petunjuk apapun soal cerita dan penulis The Golden Road, buku ini juga cukup lama mengonggok di rak buku tanpa saya sentuh. Hingga mood membaca saya muncul dan saya pun mulai membacanya, bab pertama, kedua...  ya ampun, saya tak bisa berhenti membaca!

Meskipun ceritanya bisa dibilang "sederhana" mengetengahkan suatu masa hari-hari anak-anak yang menjelang remaja, di Pulau Prince Edward. Namun gaya penceritaan Lucy lah yang menurut saya sangat memukau. Karakter-karakternya begitu manis dengan dialog khas anak-anak yang terasa begitu murni dan polos. Lalu penggambaran latarnya? Luar biasa! Selama membaca, imajinasi saya langsung melambung, membayangkan deretan kebun apil, matahari musim semi, senja yang memerah... ah, ah, dunia yang begitu indah permai!

Pulau Prince Edward yang jadi setting cerita-cerita Lucy (sumber gambar: worldatlas.com)

Saya nggak tahu, apa hal itu sebenarnya berkaitan dengan sentimenalisme pribadi saya juga. Saya lahir dan menghabiskan separoh masa kecil saya di sebuah tempat yang memiliki pemandangan sangat memukau dan membaca The Golden Road, seolah mengantarkan saya menjelajahi kembali tempat-tempat penuh kenangan masa kecil saya. Dan sempat terlintas, bahwa suatu saat kelak, saya ingin menulis cerita seperti The Golden Road juga. Semoga!

Setelah saya membaca The Golden Road, saya langsung menetapkannya sebagai salah satu bacaan favorit saya. Dan karena ternyata ini adalah buku kedua dari dua buku, saya pun kemudian penasaran mencari bagian pertamanya, "The Story Girl". Tapi ternyata cukup sulit menemukannya karena masa terbitnya yang sudah agak lama. Sekitar dua tahun berselang, saya baru menemukannya di sebuah obral buku juga. Meski begitu, selama masa itu saya mulai mencari-cari buku Lucy yang lain yang ternyata sudah cukup banyak yang diterjemaahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ada seri Emily (pun saya baru dapat satu buku) dan tentu saja, seri Anne of Green Grables (masih ada 3 buku yang belum saya dapat).


Gaya penulisan Lucy sebenarnya tak jauh beda dengan penulis-penulis perempuan pada jamannya seperti Laura Inggals Wilder dengan seri Little House in the Prairie-nya atau Louise May Alcott dengan Little Women-nya. Tapi tentu saja ia tetap memiliki kekhasan dalam tulisan-tulisannya. Karakter-karakternya biasanya adalah anak-anak perempuan yang ceria, optimis, 'tidak sempurna', tapi tetap istimewa. Dan tentu saja, penggambaran latarnya yang puitisnya juga sangat khas Lucy.

Sekilas tentang Lucy  Maud Montgomery
Lucy  Maud Montgomery (L.M Montgomery), merupakan penulis Kanada kelahiran 30 November 1874 di Clifton, Pulau Prince Edward, tempat yang kemudian menjadi latar utama dari cerita-ceritanya. Ketika Lucy berumur 21 bulan, ibunya meninggal karena TBC dan ayahnya kemudian menyerahkan pengasuhannya pada kakek dan neneknya di Cavendish.

Lucy M. Montgomery (sumber foto: nndb.com)

Pada usia 6 tahun, dia mulai bersekolah sekolah terdekat di Cavendish dan mulai menulis puisi dan membuat jurnal pada usia 9 tahun. Pada usia 16 tahun, puisinya yang berjudul "On Cape LeForce" dipublikasikan oleh koran loka, The Patriot. Setelah menyelesaikan sekolahnya ia kemudian belajar untuk mendapatkan ijin mengajar di Prince of Walles College selama dua tahun. Selepas itu, ia mulai mengajar di beberapa sekolah dan sempat berhenti untuk belajar literatur di Universitas Dalhousie, Nova Scotia dimana ia mulai menulis secara profesional.

Setelah kematian kakeknya pada tahun 1898, Lucy kemudian tinggal bersama neneknya di Cavendish hingga 13 tahun kemudian, dan selama masa-masa di Cavendish inilah ia teruse menulis berbagai puisi, cerita dan serial untuk majalah berbahasa Inggris dan mendapat penghasilan yang lumayan dari sana.

Tahun 1905,dia menulis novel pertamanya yang kemudian menjadi sangat terkenal, Anne of Green Grables setelah dipublikasikan pada tahun 1908 dan ia pun dinobatkan sebagai novelis dengan karir yang cemerlang. Pada tahun 1911, setelah kematian neneknya, ia menikah dengan dengan Reverend Ewan Macdonald, setelah sebelumnya sempat terlibat beberapa kisah romantis dengan sepupunya, Edwin Simpson dan Herman Leard. Bersama suaminya, ia kemudian pindah ke Leaksdale Ontario dimana Macdonald menjadi menteri gereja Presbyterian. Lucy kemudian melahirkan 3 putra, Chester (1912), Hugh (lahir dan menignggal 1914) dan Stuart (1915). Sembari membantu kerja suaminya, ia tetap menulis. Pada tahun 1935, mereka pindah ke Toronto hingga Lucy meninggal pada 24 April 1942, disusul suaminya satu tahun kemudian. Jasad Lucy kemudian disemayamkan di tempat kesayangannya, Pulau Prince Edward.

Kediaman Lucy di Cavendish yang dijadikan situs sejarah (sumber: tourismpei.com)

Seperti tokoh-tokoh dalam bukunya, konon Lucy juga adalah sosok yang cerdas dan sangat sensitif dan sosok Emily dan trilogi Emily, konon merupakan karakter yang paling mirip dengan dirinya.

Selama hidupnya, Lucy telah menerbitkan 20 novel, dan lebih dari 500 cerita pendek, autobiografi dan kumpulan puisi. Untuk menghormati dirinya, L.M Montgomery Institute mendirikan, University of Prince Edward Island pada tahun 1993. Selain ini kediaman Lucy di Leaskdale Manse, Ontario Ontario dan juga Green Gables dan Cavendish di Pulau Prince Edward dijadikan situs sejarah nasional oleh pemerintah Kanada.

Karya-karya Lucy:

Seri Anne of Green Gables:
- Anne of Green Gables (1908)
- Anne of Avonlea (1909)
- Anne of the Island (1915)
- Anne of Windy Poplars (1936)
- Anne's House of Dreams (1917)
- Anne of Ingleside (1939)
- Rainbow Valley (1919)
- Rilla of Ingleside (1921)


Seri Emily:
- Emily of New Moon (1923)
- Emily Climbs (1925)
- Emily's Quest (1927)


Seri Pat of Silver Bush:
- Pat of Silver Bush (1933)
- Mistress Pat (1935)


The Story Girl:
- The Story Girl (1911)
- The Golden Road (1913)

Miscellaneous:
- Kilmeny of the Orchard (1910)
- The Blue Castle (1926)
- Magic for Marigold (1929)
- A Tangled Web (1931)
- Jane of Lantern Hill (1937)

Kumpulan Cerpen:
- Chronicles of Avonlea (1912)
- Further Chronicles of Avonlea (1920)
- The Road to Yesterday (1974)
- The Doctor's Sweetheart and Other Stories, selected by Catherine McLay (1979)
- Akin to Anne: Tales of Other Orphans, edited by Rea Wilmshurst (1988)
- Along the Shore: Tales by the Sea, edited by Rea Wilmshurst (1989)
- Among the Shadows: Tales from the Darker Side, edited by Rea Wilmshurst (1990)
- After Many Days: Tales of Time Passed, edited by Rea Wilmshurst (1991)
- Against the Odds: Tales of Achievement, edited by Rea Wilmshurst (1993)
- At the Altar: Matrimonial Tales, edited by Rea Wilmshurst (1994)
- Across the Miles: Tales of Correspondence, edited by Rea Wilmshurst (1995)
- Christmas with Anne and Other Holiday Stories, edited by Rea Wilmshurst (1995)
- The Blythes Are Quoted, edited by Benjamin Lefebvre (2009) (companion book to Rilla of Ingleside)


Puisi:
- The Watchman & Other Poems (1916)
- The Poetry of Lucy Maud Montgomery, selected by John Ferns and Kevin McCabe (1987)


Non-fiksi:
- Courageous Women (1934) (with Marian Keith and Mabel Burns McKinley)
Otobiografi:
- The Alpine Path: The Story of My Career (1974; originally published in Everywoman's World in 1917)
- The Selected Journals of L.M. Montgomery (5 vols.), edited by Mary Rubio and Elizabeth Waterston (1985–2004)
- The Complete Journals of L.M. Montgomery: The PEI Years 1889-1911 (2 vols.), edited by Mary Henley Rubio and Elizabeth Hillman Waterston (2012-2014)


Sumber: wikipedia.org, lucymontgomery.com

Thursday 19 February 2015

Harun dan Samudra Dongeng, Sebuah Dongeng Yang Memukau

Sejak membaca paragraf pertama, buku ini langsung membuat saya jatuh cinta:

"Pada suatu hari, di negeri Alifbay terdapat sebuah kota yang sedih. Kota itu adalah kota yang paling sedih di antara kota-kota lainnya, sebuah kota yang begitu parah sedihnya sehingga lupa pada namanya sendiri. Ia terhampar di tepi sebuah laut yang berkabung, penuh-penuh dengan ikan-ikan pemurung..."

Sebuah pembuka yang sangat luar biasa bukan? Dan itu belum seberapa, karena kemudian kita akan diajak bertualang bersama seorang bocah lelaki bernama Harun Khalifa dan ayahnya, Rasyid, seorang pendongeng yang dijuluki Raja Omong Kosong.


Rasyid adalah seorang pendongeng handal yang seolah tak pernah kehabisan cerita. Hingga suatu hari, istrinya, Soraya, tiba-tiba pergi meninggalkannya, lari bersama suami tetangga, Pak Sengupta. Mendadak, Rasyid kehilangan kemampuannya. Harun yang menyayangi ayahnya, kemudian berusaha keras untuk mengembalikan kemampuan ayahnya. Tapi bagaimana? Karena setelah kepergian ibunya, ia bahkan pikirannya selalu berhenti setelah 11 menit, pada pukul berapa sang Ibu minggat dari rumah.

Hingga sebuah keajaiban terjadi. Ketika pergi untuk mendongeng ke sebuah kota di dekat Danau Membosankan, suatu malam, tanpa sengaja Harun bertemu dengan Jikka, Jin Air yang berasal dari Kota Gup, Negeri Samudra Dongeng. Jikka mengatakan bahwa ia bisa membantu Harun untuk mengembalikan kemampuan ayahnya, tapi Harun harus ikut ke Kota Gup.

Masalahnya, di Kota Gup sedang terjadi kerusuhan. Putri Batcheat diculik oleh penguasa kesenyapan dari Negeri Chupwala, Khattam-Sud, yang ingin menghancurkan Samudera Dongeng. Demi ayahnya, Harun pun kemudian ikut membantu berperang melawan Khattam Sud. Bersama teman-temannya, Jikka, Tappi si Burung Bulbul, Mali si Tukang Kebun Terapung, Cerewet, si prajurit perempuan yang cerewet dan Ikan Banyak Mulut, Harun memulai petualangannya.

Wow, sebuah cerita yang luar biasa! Dituturkan dengan bahasa yang begitu indah, tapi tetap ringan dan lucu. Bukan hanya menghibur, tapi juga banyak pelajaran berharga yang bertebaran di sepanjang cerita. Tak berlebihan kiranya kalau saya mengatakan bahwa buku ini sangat-sangat layak untuk dibaca oleh kepada seluruh anak di dunia :)

Judul Buku    : Harun dan Samudra Dongeng
Penulis          : Salman Rushdie
Penerbit        : Serambi Ilmu Semesta, 2011
Penerjemah   : Anton Kurnia
Diterjemahkan dari: Haroun and The Sea of Stories, Puffin Books, New York, 1990
Beberapa quote keren:
"Satu saat kita dinaungi bintang keberuntungan dan sesaat kemudian yang tersisa hanyalah omong kosong" (hal.16)

"Apa gunanya dongeng-dongeng itu? Hidup bukanlah sebuah buku cerita atau toko lelucon" (hal. 18)

"Akhir yang bahagia amat jarang terjadi di dalam cerita, juga dalam kehidupan, lebih jarang daripada yang dipikirkan orang. Tapi selalu ada perkecualian sebab itu bukan peraturan." (Anjing Laut kepada Harun, hal. 206)

"Akhir yang bahagia harus terjadi pada akhir sesuatu, jika terjadi di pertengahann cerita atau sebuah petualangan, atau yang semacamnya, yang terjadi hanyalah hiburan sejenak," (Anjing Laut pada Harun, hal. 207)