Thursday 25 December 2014

Warna Desember

Desember adalah langit yang kelabu dan hari-hari yang berbasuh hujan,

hari-hari yang kadang terasa panjang dan melenakan
hari-hari ketika kain-kain menumpuk pada tali jemuran, merindukan hangatnya paparan matahari,


Desember adalah warna hijau dari rumput dan dedaunan yang bertumbuh

atau bulir-bulir bening air hujan yang menempel pada kelopak-kelopak bunga yang menguarkan kesegaran bumi

Desember adalah udara yang beraroma semarak oleh libur dan perayaan...

Monday 22 December 2014

Musik Keren: Yuna & Zee Avi

Jujur, saya sering agak underestimate dengan musik dari negeri tetangga kita, Malaysia. Bukan apa-apa, hanya kurang pas saja di telinga. Tahun '90-an banyak band-band mereka yang cukup populer dengan lagu mereka yang mendayu-dayu, seperti  Slam dengan Gerimis Mengundang-nya yang nostalgis itu, Exist dengan Mencari Alasan dan... entah banyak lagi saya lupa :) Tapi itu sudah lama lewat dan hanya sesaat. Tentu saja ada Sheila Majid, Amy Search, Ella, dan belakangan Siti Nurhaliza, yang saya pikir banyak 'menyesuaikan diri' dengan musik tanah air sehingga bisa diterima. Meski begitu, tak ada yang benar-benar membuat saya menjadi 'favorit' hingga belakangan, saya 'menemukan' dua penyanyi ini: Yuna dan Zee Avi. Keduanya sebenarnya memiliki karakter musik yang hampir mirip, pop indi bernuansa akustik, kadang agak nge-jazz dibalut vokal mereka yang 'manis' tapi bagi saya benar-benar enak didengar.

Yuna

Saya tahu Yuna gara-gara merasa 'terganggu' dengan jingle iklan Pariwisatanya Malaysia dengan klaimnya "Malaysia Truly Asia" itu. " ...Sayangku jangan kau persoalkan/Siapa di hatiku/Terukir di bintang
/Tak mungkin hilang cintaku padamu..."
Tadinya, saya kira mereka menggunakan penyanyi Indonesia karena setahu saya, cengkoknya para penyanyi Malaysia nggak seperti itu. Setelah browsing-browsing, akhirnya tahu kalau lagu ini judulnya "Terukir di Bintang" dan dinyanyiin sama penyanyi yang bernama Yuna, asli Malaysia.

Nama aslinya, Yunalis Mat Zara'ai, cewek kelahiran Alor Setar, Kedah, Malaysia 14 November 1986. Konon Yuna sudah mulai menulis lagu sejak usia 14 tahun dan dia mulai karirnya dari situs MySpace sejak tahun 2006 dan dari situ mulai mendapat perhatian besar dari netizen.Tahun 2008, di rilis EP-nya dengan single "Deeper Conversation" yang konon jadi hit.
Yuna dengan jilbab khasnya

Karir bermusik Yuna mulai menanjak ketika dia diajak rekaman sama sebuah label rekaman asal AS,  dan kemudian pada tahun 2011, tandatangan kontrak dengan FADER Label yang bermarkas di New York, dimana kemudiandia rilis debutnya, bertitle "Decorate".

Pada Januari 2012, single-nya "Live Your Life", debut di iTunes dan merupakan single yang diproduseri sama Pharrell Williams. Kemudian pada April 2012, albumnya yang bertitle "Yuna" dirilis, menempati chart no. 23 di Pop Chart, no. 86 di Top 100 Albums di iTunes dan no. 23 di chart Billboard's Heatseekers dan mendapat banyak pujian dari kalangan musik. Dia kemudian juga ngisi soundtracknya "Savage".

Yuna menyebutkan kalau Yuna dalam bermusiknya, ia banyak dipengaruhi sama Coldplay, Bob Dylan dan Feist.

Selain menyanyi dan menulis lagu, Yuna juga bisa bermain gitar dan ukelele. Biasanya dia menulis lagu-lagunya dalam bahasa Inggris dan juga Melayu. Harus diakui, mungkin karena bahasa Inggris merupakan bahasa kedua di Malaysia, agaknya membuat logatnya terasa sempurna. Sementara untuk lagu-lagu Melayu, kebanyakan Yuna menggunakan "melayu" yang tidak terlalu bercengkok malaysia (lebih mirip ke logat Bahasa Indonesia).

Satu yang unik dari Yuna, selain musiknya yang emang keren, mungkin juga gaya berpakaiannya. Meski sudah populer secara internasional (baca: Barat),agaknya dia tetap konsisten mengenakan jilbab dan agaknya kemudian menjadi ciri khas penampilannya.

Diskografi:- Malaysia: 2008: Yuna/ 2010: Decorate/ 2012: Terukir di Bintang
- Internasional: 2011: Decorate/ 2012: Yuna/ 2013: Sixth Street/ 2013: Nocturnal

 (Sumber: Wikipedia)

Track favorit:* Tourist, Terukir di Bintang, Random Awesome, Fading Flowers

* Zee Avi
Dengar Zee Avi secara 'nggak sengaja'. Entah dimana ngopi lagunya, The Book of MorrisJohnson yang terdengar rancak dan enak ditelinga. Tadinya saya kira penyanyi barat yang nyanyiin karena logat Bahasa Inggrisnya terdengar sempurna. Eh, setelah browsing ternyata tahu kalau dia adalah Zee Avi, seorang penyanyi Malaysia.

Zee Avi nama aslinya Izyan Alirahman, kelahiran Miri, Sarawak, Malaysia (15 Desember 1985). Karir musiknya dimulai ketika tahun 2007 dia menguplod video lagunya di YouTube berjudul "Poppy" disusul dengan video yang lain "No Christmast For Me" dan langsung dikunjungi banyak viewers.

Patrick Keeler dari The Raconteurs melihat video ini dan kemudian menunjukkannya ke Ian Montone, manajernya The White Stripes, The Shins, The Raconteurs, M.I.A. dll. Montone kemudian mengirimnya ke Emmett Malloy, dan kemudian mengajaknya rekaman dengan Brushfire Records, studio rekaman yang sebagian dimiliki sama penyanyi Jack Johnson. "No Christmas For Me" kemudian menjadi rekaman pertamanya, yang muncul di album charity Christmas album "This Warm December: A Brushfire Holiday (Vol. 1)"
Zee Avi

Zee kemudian merilis albumnya tahun 2009, dan muncul di televisi AS di acara " Last Call With Carson Daly" membawakan lagu Bitter Heart. Album keduanya rilis tahun 2011, bertitle "Ghostbird" dengan single andalan "The Book of Morris Johnson". Berikutnya, Zee mulai melakukan banyak tur di AS bersama Pete Yorn, menjadi penyanyi opening konsernya Jack Johnson tahun 2010 di Greg Theater, UC Barkeley, dan opening konsernya Ani DiFranco. Dia juga melakukan tur ke beberapa kota besar Asia seperti Tokyo, Seoul, Taipei, Singapura dan Bali.

Dalam bermusiknya, Zee Avie konon banyak dipengaruhi sama band jazz Amrik tahun 20-an,Gershwin dan juga Ella Fitzgerald dan Billie Holliday. Dia juga menyukai musik bernuansa rock seperti The Carpenters,The Cranberries, Velvet Underground dan Led Zappelin dan juga menyukai Cat Power, Regina Spektor, Leonard Cohen, Tom Waits, Jolie Holland, Daniel Johnston dan Chris Garneau.

Hal lain yang khas dari Zee Avi adalah seringnya dia menggunakan instrumen ukelele dalam musiknya. Seperti halnya Yuna, Zee Avi menulis dan menyanyi baik dalam Bahasa Melayu maupun Bahasa Inggris. Kalau Yuna cenderung menggunakan Bahasa Melayu "umum", Zee Avi lebih sering menggunakan bahsa Melayu daerahnya (simak Kantoi, atau Siboh tak Nangis, misalnya).

Diskografi:
Zee Avi: 2009 / Ghostbird: 2011/ Nightlight: 2014

(Sumber: wikipedia.org)

Track favorite:

- Frosty Snowman, Monte, Kantoi, Siboh tak Nangis, First of the Gang to Die, The Book of Morris Johnson, No Christmast for Me, The Story, Bitter Heart

Meski bisa dibilang saya memfavoritkan kedua penyanyi ini, tapi sebenarnya saya kira musisi negeri ini banyak yang nggak kalah keren dari mereka. Hanya saja mungkin masalah kesempatan saja. Semoga :)

Friday 19 December 2014

'Keajaiban' Dalam Menonton Film

Saya seorang penikmat film. Setiap minggu, saya selalu menyempatkan diri untuk menonton. Dan saya mendapati bahwa, bahkan dalam menonton film, kadang kita mengalami hal yang unik dan agak ‘ajaib’. Saya ingat dulu semasa masih mengandalkan film-film dari tempat penyewaan, tanpa sengaja meminjam film yang ceritanya memiliki tema yang hampir sama. Padahal saya nggak baca sinopsisnya lho. Dan hal yang sama, saya alami beberapa hari ini, ketika kebetulan saya nonton film–juga tanpa baca sinposisnya terlebih dahulu, kecuali Love Fiction–dan menemukan bahwa film-film yang saya tonton itu benar-benar memiliki tema yang mirip.

Setelah menonton Love Fiction (Korea Selatan, 2012) yang bertemakan penulis yang mengalami writer’s block dan akhirnya menemukan muse-nya, film berikutnya yang masuk list tonton saya adalah film Korea yang lain berjudul “M” (Korea Selatan, 2007). Saya nonton tanpa baca sinopsisnya dan memutuskan nonton semata karena aktor utamanya adalah salah satu aktor favorit saya, Kang Dong-won. Kang disini berperan sebagai Min-woo dan tebak apa profesinya? Penulis novel yang juga tengah mengalami writer’s  block! Nah…

Setelah nonton M, saya berpikir untuk mencari film berbahasa Inggris karena belakangan saya sudah agak jarang nonton  film berbahasa Inggris. Saya ingat teman saya pernah merekomendasikan film ini, Ruby Sparks (AS, 2012). Meski saya tak ingat tentang apa dan belum pernah membaca sinopsisnya, saya memutuskan menonton. Dan, eng ing eng, ternyata Ruby Sparks juga berkisah tentang kehidupan penulis yang mengalami writer’s  block! Whatta coincidence!

Meski ke-3 film itu punya cerita sendiri-sendiri, tapi temanya benar-benar mirip: penulis muda, laki-laki, yang mengalami writer’s  block dan menemukan muse-nya pada diri seorang perempuan! Meski saya tetap berpikir bahwa hal-hal semacam ini hanyalah sebuah kebetulan semata, tapi kadang saya masih merasa ini adalah hal yang sedikit ajaib :)