Sunday 30 August 2009

Life is Beautiful

Aku berpikir tentang orang-orang yang mati muda. Kemarin lusa, berita sore mengabarkan tewasnya seorang relawan gempa di Kali Opak saat mandi sore. Ia masih sangat muda, kelas 2 SMA. Tidakkah itu kematian yang terlalu cepat? Atau juga relawan Merapi, yang mati terjebak di bunker padahal tinggal selangkah lagi ia menjadi sarjana. Tidakkah ia—menjelang kematiannya—memikirkan perjalanan hidup yang masih ingin dilaluinya?

Gie menulis; yang paling indah adalah tak pernah dilahirkan. Yang indah adalah mati muda. Dan dia juga mati muda. Masih sangat muda malah. Dan banyak orang yang mati muda. Apa itu indah ketika kita masih berpikir untuk melakukan banyak hal esok hari, lusa dan tahun-tahun mendatang tapi kita tak lagi punya kesempatan untuk melakukannya?
Lantas, aku menyadari bahwa setiap detak jantung kita ternyata begitu berharga. Ia adalah harapan. Ia adalah keinginan. Mimpi-mimpi. Dan semuanya begitu indah. Hidup. Meski kadang sakit mendera, luka menyayat, itu hanya bagian kecil saja, yang kadang tak kita sadari, juga sama sangat berharganya seperti ketika kita tertawa dan bahagia.

(10 Juli 2006. Cikeusal Lor. Pagi kekalahan Prancis oleh Italia. Pagi yang riuh oleh cicit burung…)

No comments:

Post a Comment