Monday 21 December 2015

Film: Sutradara-Sutradara Favorit

Yah, saya adalah seorang penikmat film. Mungkin bisa dikategorikan hampir "maniak" karena menonton film bagi saya sudah jadi semacam kebutuhan. Saya pernah iseng membuat catatan film-film yang saya tonton dan jumlahnya ternyata sudah ribuan! Hihi. Meski begitu, saya sebenarnya orang yang awam saja dalam hal film-filman. Saya tidak paham apa-apa soal sinematografi blabla... Biasanya saya nonton film berdasarkan beberapa referensi. Bisa karena ulasannya di media, bisa karena embel-embel penghargaan, karena pemainnya atau juga sutradaranya. Yap, ada beberapa sutradara film yang menjadi favorit bagi saya. Dan karena favoritnya, tak terlalu mempertimbangkan filmnya apa, saya tak keberatan untuk menonton film-film besutannya. Berikut beberapa sutradara film yang  menjadi favorit saya.

1. Wong Kar Wai

Saya 'kenal' Wong Kar Wai secara 'nggak sengaja.' Waktu itu dapat bonus film dari tempat rental film di Jogja dan filmnya adalah 2046-nya Wong. Awalnya agak underestimate karena nggak punya referensi apa-apa dari film ini. Tapi setelah ditonton, ternyata saya langsung 'jatuh cinta' dengan gaya penyutradaraan Wong yang unik. Berikutnya, saya pun mencari film-film Wong yang lain seperti In the Mood for Love, Days of Being Wild,  As Tears Go By, Happy Together, Time of Ashes, My Blueberry Night. Hingga yang terakhir, The Grandmasters. Dan semuanya saya suka. Semua film-film Wong memiliki tema yang sama: cinta. the unbearable love. cinta yang seolah tak pernah cukup. yah, bisa dibilang dia adalah sutradara paling romantik yang saya ketahui. Tema seperti ini, meski bersifat universal, tapi pada satu sisi bisa menjadi cheesy. Tapi di sinilah letak keahlian seorang Wong Kar Wai. Wong mampu mengolah sebuah cerita 'cengeng' dan 'remeh-temeh' menjadi sajian film yang sophiscated melalui gaya penyutradaraannya yang unik. Selain alur cerita yang khas dan terasa puitis, Wong juga mencampurkan warna-warna, sudut pengambilan gambar yang tak membosankan, musik-musik yang keren dan tentu saja, aktor-aktor watak yang handal (aktor utama dalam film-film dia adalah Tony Leung Chiu-Wai yang kemudian juga menjadi salah satu aktor favorit saya). 

Wong Kar Wai

Wong  Kar Wai lahir di Shanghai, 17 Juli 1958. Dia merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang pelaut dan ibunya ibu rumah tangga biasa. Ketika terjadi Revolusi Budaya di China, keluarga Wong pindah ke Hongkong yang waktu itu masih di bawah Inggris. Sayangnya, dua kakak Wong terpisah dan baru berkumpul kembali 10 tahun kemudian. Bisa dibilang, Wong kemudian menghabiskan masa kecilnya sebagai 'anak tunggal' di tempat baru dan tumbuh jadi anak yang kesepian. Ketika kecil inilah, Wong sering diajak ibunya nonton film, hal yang kemudian menjadi kegemarannya. Kesukaannya pada desain grafis membuatnya kemudian kuliah di Hong Kong Polytechnic dan setelah lulus, ia bekerja di stasiun TV. Di sini Wong mulai terlibat dalam pembuatan screenwriting untuk beberapa serial TV.

Tahun 1987, ia menjadi co-writer untuk film Final Victory bersama Patrick Tam dan mendapat nominasi di Penghargaan Film Hong Kong Film Awards. Kemudian pada tahun 1988, Wong membuat film pertamanya As Tears Go By film yang memadukan romance dan dunia gangster, dibintangi Andy Lau, Maggie Cheung dan Jacky Cheung dan sukses secara komersial. Setelah kesuksesan film pertamanya, Wong kemudian memutuskan untuk membuat film yang lebih sesuai dengan 'seleranya.' Dan bisa ditelusuri kemudian film-filmnya yang memang sangat khas. Dalam hal ini, ia memiliki partner kerja yang seide dengannya, Christopher Doyle di bagian sinematografi yang hampir selalu terlibat dalam film-film Wong.

Meski film-filmnya selalu mendapat apresiasi di kancah perfilman dunia, tapi khas film-film 'unik' film Wong tidak selalu sukses secara komersil. Walaupun begitu, Wong dianggap sebagai salah satu sutradara yang paling berpengaruh dalam dunia perfilman Hong Kong (bahkan juga dunia). Gayanya sering dikaitkan dengan sutradara Perancis beraliran New Wave, Jean-Luc Godard, meski tetap saja memiliki orisinalitasnya sendiri. Selain itu, ada beberapa nama sutradara dunia yang juga dikaitkan dengan Wong seperti Martin Scorsese, Michelangelo Antonioni, Alfred Hitchcock, and Bernardo Bertolucci. Meski begitu, Wong mengaku bahwa gaya berfilmnya banyak dipengaruhi koleganya, Patrick Tam yang juga menjadi mentornya. Novel juga mempengaruhi kreatifitas Wong, terutama novel karya penulis Manuel Puig,  Julio Cortázar, di samping juga Haruki Murakami. Selain itu, MTV juga memberi pengaruh dalam film-film Wong.

Whatever, pokoknya love a lot deh sama film-filmnya Wong dan semoga, beliau tetap selalu berkarya dengan segala kekhasannya.
Filmografi:
 As Tears Go By (1988)| Days of Being Wild (1990)| Chungking Express (1994)| Ashes of Time (1994)| Fallen Angels (1995)| Happy Together (1997)| In the Mood for Love (2000)| 2046 (2004) | Eros (2004, "The Hand" part)| My Blueberry Nights (2007)| The Grandmaster (2013)| The Blossoms  (2015/2016?)
 
(Sumber: wikipedia.org)

2. Kim Ki-duk
Berawal dari kegemaran saya nonton film Korea dan 'menemukan' film 3 Irons, yang dibintangi sama salah satu aktor Korea yang sedang ngehits pada masa itu, Jae Hee. Saya langsung 'jatuh cinta' dengan gaya penceritaan ala Kim Ki-duk. Bagaimana tidak, pada film berdurasi sekitar 2 jam itu, Jae Hee yang bertindak sebagai tokoh utamanya, tidak berdialog sama sekali. Sementara pemeran lain, dialognya juga sangat minim. Anehnya, cerita film ini tersampaikan dengan gamblang. Keren kan? Saya pun kemudian penasaran dengan film-film Kim yang lain, seperti The Bow, The Isle, Spring-Summer-Fall Winter... Tidak semua film-film Kim minim dialog, tapi ada sesuatu yang sangat khas dalam film-filmnya.

Kim Ki-duk

Tema-tema film Kim bervariasi, tapi umumnya  menyangkut isu-isu sosial yang diolahnya menjadi cerita dengan berbagai kemungkinan yang cukup ekstrim. Beberapa filmnya terkesan 'harsh' dan melibatkan adegan-adegan yang musykil, tapi meninggalkan kesan mendalam setelah menontonnya. Menonton film Kim juga meninggalkan kesan bahwa 'film itu adalah sesuatu yang sederhana.' Meskipun sering melibatkan aktor-aktor papan atas Korea sebagai tokoh utamanya, tapi film-film Kim seolah tidak melibatkan sinematografi njelimet, meski tetap saja, gaya sinematografinya tidak sembarangan. Spring -Summer-Fall misalnya, yang bahkan konon dia sampai membuat pulau buatan di tengah danau yang indah permai. Tapi ya itu tadi, ada kesan simple dalam film-film Kim. Saya pernah membaca komentar netizen bahwa untuk membuat film, seorang Kim hanya perlu kamera dan satu orang aktor. Sesimple itu.

Kim Ki-duk lahir di Bonghwa, Korea Selatan, 20 Desember 1960. Pada tahun 1990-1993, ia belajar fine arts di Paris dan sepulangnya dari sana, ia memulai karir di dunia film dengan menjadi screenwriter. Pada tahun 1995, skenerio yang ditulisnya memenangi kontes yang diadakan oleh Korean Film Council. Setahun kemudian, ia membuat filmnya yang berbudget rendah, Crocodile dan mulai mendapatkan kritik dan perhatian dari banyak pihak. Sejak itu, karir Kim di dunia perfilman pun semakin mapan, ditandai dengan berbagai penghargaan yang ia terima dalam berbagai kancah penghargaan film internasional. Namun begitu, Kim dalam karirnya juga tak lepas dari kritik dan kontroversi. Filmnya bertajuk The Isle, sempat dilarang  diputar di Inggris karena dianggap mempertontonkan adegan yang kejam terhadap binatang (ikan). Ada juga isu bahwa film 3-Irons mirip dengan film China dan banyak lagi kritik di seputar film-film Kim. Tapi begitu kan memang resiko orang berkarya? Apalagi karyanya memang terkesan tak biasa. Apapun, sebagai pengagum karya-karyanya, saya  berharap akan terus Kim Ki-duk menelurkan karya-karya yang mengesankan.

Filmografi:
 Crocodile (1996)| Wild Animals  (1997)| Real Fiction (2000)| The Isle  (2000)|Address Unknown (2001)|Bad Guy(2001)| The Coast Guard  (2002) | Spring, Summer, Fall, Winter... and Spring  (2003)| Samaritan Girl (2004)|  3-Iron (2004)| The Bow (2005)|    Time (2006)|  Breath  (2007)|   Dream  (2008)|  Arirang (2011)| Amen (2011)| Pieta (2012)| Moebius (2013)|   One on One  (2014)| Stop (2015)
Also producer for:  Made in China (2015)| Producer and screenwriter for:     Godsend (2014)| One on One  (2014)| Red Family (2013)| Rough Play (2013)| Poongsan (2011)| Rough Cut (2008)| Beautiful (2008)|Real Fiction (2000)| The Birdcage Inn(1998)

(Sumber: wikipedia.org, asianwiki.com)

3. Ang Lee
Saya baru familiar dengan nama Ang Lee gara-gara film Crouching Tigger Hidden Dragon. Mulanya saya nonton film Ang Lee waktu ada acara pemutaran film gratis di BBY. Temanya waktu itu memang film-film Ang Lee. Film yang diputar adalah The Wedding Banquet, Eat Drink Man Woman, Sense and Sensebility, dan The Ice Storm. Menurut saya, ke-empat film itu keren semua. Dan sejak itu, saya menetapkan bahwa Ang Lee adalah salah satu sutradara favorit saya.

Ang Lee lahir tanggal 23 Oktober 1954 di Chaochou, Pingtung, Taiwan dari sebuah keluarga yang sangat menekankan pentingnya pendidikan (ayahnya seorang kepala sekolah). Keluarganya pindah dari daratan China ke Taiwan ketika perang tahun 1949. Lee kemudian belajar di National Tainan First High School, dan dua kali gagal mengikuti ujian masuk perguruan tinggi (see, kadang kegagalan benar-benar sebuah keberhasilan yang tertunda! :)). Ia kemudian masuk National Taiwan University of Arts dan lulus tahun 1975. Ayahnya berharap ia jadi seorang akademisi tapi ia sendiri lebih tertarik pada seni dan drama.

Ang Lee

Usai mengikuti wajib militer, ia pergi ke Amerika dan belajar di University of Illinois mengambil jurusan teater. Ia kemudian belajar di Tisch School of the Arts di New York University di mana ia sekelas dengan sutradara Spike Lee. Ang Lee membuat film pendek berjudul Shades of the Lake (1982), yang memenangkan Best Drama Award in Short Film di Taiwan. Tesisnya, sebuah film berdurasi 43 menit,  Fine Line (1984), memenangkan  NYU's Wasserman Award for Outstanding Direction dan kemudian terseleksi dalam Public Broadcasting Service.
Setamatnya dari NYU Lee sempat menganggur selama 6 tahun dan menjadi bapak rumah tangga (istrinya seorang molecular biologist) sembari menulis beberapa screenplay. Tahun 1990, Lee mendaftarkan dua screenplaynya, Pushing Hands dan The Wedding Banquet, untuk ikut kompetesi yang di sponsori Dinas Penerangan China yang menjadi terbaik pertama dan kedua. Li-Kong Hsu  seorang manajer promosi senior di sebuah studio besar  tertarik dengan karya Lee dan siap memproduseri Pushing Hands (1991).

Untuk selanjutnya, Lee terus produktif menghasilkan film-film yang bermutu dan langganan berbagai penghargaan internasional. Film-filmnya biasanya mengangkat tema-tema marjinalisasi, alienasi dan represi. Ia juga memfokuskan pada interaksi antara tradisional dan modern. Filmnya, The Wedding Banquet (1993), memenangkan Golden Bear di Berlin Film Festival dan masuk nominasi Best Foreign Language Film di Golden Globe dan Academy Awards. Lee semakin mendapat pengakuan internasional setelah menyutradarai Sense and Sensebility (1995-yang memenangkan penghargaan Golden Globe Award untuk kategori Best Motion Picture - Drama ), disusul kemudian Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000) (nominasi Academy Award for Best Director) dan Brokeback Mountain (2005) (yang mendapat 8 nominasi Academy Awards dan memenangkan penghargaan untuk kategori Best Director, yang menetapkan Lee sebagai satu-satunya sutradara Asia yang mendapatkan penghargaan itu). Terakhir, filmnya Life of Pi sukses secara box office dan juga mendapat apresiasi di dunia perfilman. Film ini  mendapat  11 nominasi di ajang Academy Award dan memenangkan penghargaan untuk katefgor Best  Director (lagi!).  Keren banget kan? Terus berkarya, Ang Lee!

Filmografi:
Pushing Hands (1992)| The Wedding Banquet (1993)| Eat Drink Man Woman  (1994)| Sense and Sensibility (1995)| The Ice Storm  (1997)| Ride with the Devil (1999)| Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000)| The Hire  (2002)| Hulk (2003)| Brokeback Mountain (2005)| Lust, Caution  (2007)| Hollywood Chinese (2008)| Taking Woodstock (2009) | Life of Pi ( 2012)| Billy Lynn's Long Halftime (2016)
(Sumber: wikipedia.org)


4. Hayao Miyazaki
Film pertama Pak Miyazaki yang saya tonton adalah Spirited Away. Awalnya penasaran karena film ini, yang notabene adalah film animasi, tapi kok banyak mendapat penghargaan di berbagai ajang penghargaan film internasional (salah satunya Academy Awards). Dan setelah menonton film ini, saya sangat maklum dengan berbagai penghargaan itu karena filmnya memang benar-benar keren. Bagi saya yang bukan penggemar film animasi, film-film Miyazaki terasa fresh dan berbeda. Masih mengusung tema anak-anak, tapi tidak klise ala film animasi Hollywood. Baik dari segi penceritaan maupun gambar-gambarnya. Film-film Miyazaki, meski animasi, tapi sarat dengan nilai-nilai mendidik, tapi tetap disajikan dengan ringan dan menghibur khas film anak-anak

Hayao Miyazaki

Hayao Miyazaki Bunkyō, Tokyo, Jepang, 5 Januari 1941. Ayahnya, Katsuji Miyazaki adalah direktur perusahaan pesawat (bisa dipahami kemudian kalau beberapa film Miyazaki melibatkan pesawat, Kiki Delivery Service, misalnya).  Ketika di sekolah dasar, ibunya menderita penyakit TB dan sering menghabiskan waktu di rumah sakit (mungkin ini menjadi inspirasi film My Neighbour Totoro). Ketika kecil, cita-citanya adalah menjadi penulis manga dan ketika di sekolah menengah, ia mulai tertarik pada dunia animasi. Meski begitu, ketika kuliah Miyazaki mengambil jurusan ekonomi dan politik di Universitas Gakushuin. Selama kuliah ini, ia tergabung dalam klub  "Children's Literature research club".

Selepas kuliah, Miyazaki kemudian mendapat pekerjaan di Toei Animation, dimana ia mulai terlibat dalam beberapa proyek animasi. Ia meninggalkan Toei pada tahun 1971 dan bergabung di A-pro dimana ia terlibat sebagai asisten sutradara untuk serial Lupin III. Tahun 1974, dia pindah ke Zuiyo Eizo (Nippon Animation) dan menjadi animator untuk World Masterpiece Theater. Tahun 1979, ia meninggalkan Nippon Animation dan mulai menyutradari film animasi pertamanya; The Castle of Cagliostro. Film berikutnya,  Nausicaä of the Valley of the Wind, dirilis pada tahun 1984 yang merupakan awal film yang kemudian akan menjadi ciri khasnya, yakni mengangkat isu ekologi, hubungan manusia dan lingkungan, feminisme dan pasifisme...  Miyazaki kemudian bersama teman-temannya, mendirikan Studio Gibli, yang menjadi rumah produksi untuk film-filmnya kemudian.

Meskipun sudah menghasilkan karya-karya yang qualified, namun perhatian dunia terhadap  karya Miyazaki baru diperoleh setelah ia membuat film Princess Mononoke, disusul kemudian Spirited Away yang mendapat penghargaan Oscar di Academy Awards. Selanjutnya, tentu saja, karya-karya Miyazaki semakin mendapat pengakuan. Hebatnya, Pak Miyazaki ini meskipun sekarang sudah jaman komputer, tapi lebih senang mengerjakan animasinya dengan tangan.Jikapun menggunakan teknologi komputer, hanya sekian persen saja. Sayangnya, sekarang, berhubung merasa sudah tua, beliau konon beberapa kali mengatakan ingin beristirahat, walaupun masih membuat ilustrasi untuk Studio Gibli. Yah, bagaimanapun salut lah untuk Pak Miyazaki! Karya-karyanya pasti akan selalu dikenang.

Filmografi:
The Castle of Cagliostro (1979)| Nausicaä of the Valley of the Wind (1984)| Castle in the Sky (1986)| My Neighbor Totoro (1988)| Kiki's Delivery Service (1989)| Only Yesterday (1991)| Porco Rosso (1992)| Pom Poko (1994)| Whisper of the Heart (1995)| On Your Mark (Music video-1995)| Princess Mononoke (1997)| Spirited Away (2001)| Whale Hunt (short film - 2001)| Koro's Big Day Out (short film -2002)| Mei and the Kittenbus (Short film, 2002)| Imaginary Flying Machines     (Short film, 2002)| The Cat Returns (2002)| Howl's Moving Castle (2004 )| Monmon the Water Spider(Short film, 2002)| House-hunting (Short film, 2002)| The Day I Harvested a Planet(Short film, 2002)| Ponyo (2008)| Mr. Dough and the Egg Princess (Short film, 2010)| The Secret World of Arrietty (2010)| From Up on Poppy Hill (2011)| The Wind Rises (2013)| The Kingdom of Dreams and Madness (Documentary, 2013)| Boro the Caterpillar (Short film, 2018)(Sumber: wikipedia.org)


5. Lee Chang-dong
Saya menyukai film-film Lee karena tema-temanya yang terasa sangat humanis. Mirip dengan Kim Ki-duk, Lee juga mengangkat isu-isu sosial dalam film-filmnya, namun dengan lebih realistis dan alur cerita yang kuat. Beberapa filmnya cenderung gelap, tapi tetap memiliki sisi 'lembut' dan optimisme.

Lee Chang-dong

Lee lahir di Daegu, 1 April 1954. Ia merupakan lulusan dari jurusan Sastra Korea, Universtias Nasional Kyungpook, Daegu. Selama masa itu, ia terlibat pada teater dan sstar. Lee mengawali karir sebagai guru bahsa Korea di sekolah menengah, tapi kemudian beralih menjadi novelis. Novel pertamanya, Chonri diterbitkan tahun 1983. Namun berikutynya, ia lebih menekuni dunia film  meskipun tidak pernah belajar film secara khusus. Dia membuat screenplay untuk film Park Kwang-su ; To TheStarry Island dan A Single Spark. dan kemudian mulai membuat film pertamanya, Green Fish, yang mendapat banyak perhatian. Tahun 2000, filmnya yang lain, Peppermint Candy juga mendapat apresiasi, disusul Oasis dan Secret Sunshine. Pada thaun 2003-2004, Lee sempat menjabat sebagai Menteri Budaya dan Pariwisata.

Filmografi:
To the Starry Island (1993) *screenplay | A Single Spark (1995) *screenplay |Green Fish (1997) | Peppermint Candy (2000)  Oasis (2002) | Yobi, the Five Tailed Fox (2007) *screenplay| Secret Sunshine (2007) | Poetry (2010)
(sumber: wikipedia.org, asianwiki.com)
 
6. Tim Burton

Nyentrik, itulah kesan saya pada film-film Tim, meski tidak semuanya. Tim seringkali memasukkan unsur gothic dalam film-filmnya, tapi alih-alih serem, film-film Tim justru bernuansa jenaka karena memang dibumbui humor.

Tim Burton, bernama asli Timothy Walter Burton, adalah sutradara asal AS yang lahir pada 25 Agustus 1958 di Burbank, California. Ibunya, Jean, adalah pemilik toko hadiah dan ayahnya, adalah mantan pemain basebal lokal yang kemudian bekerja di Taman Hiburan di Burbank. Kecintaan Tim pada film dimulai sejak dia masih sangat belia, dimana dia bahkan sudah membuat film di usia 13 tahun. Di samping itu, dia juga hobi melukis dan menggambar. Tokoh-tokoh idolanya adalah Dr Seuss dan Road Dahl.  Selepas SMA, Tim kemudian melanjutkan kuliah di California Institute of the Arts dengan jurusan character animations. Pada masa kuliah ini, dia membuat film pendek berjudul Stalk of the Celery Monster yang kemudian menarik perhatian studio Walt Disney Production dimana ia kemdian berkesempatan magang sebagai animator di sana. Tim kemudian terlibat dalam pembuatan beberapa film pendek dan karya-karyanya mulai mendapat apresiasi.

Tim Burton

Setelah sukses menyutradarai film Beetlejuice (1988), ia kemudian dipercaya untuk menyutradarai salah satu film legendaris, Batman (1989) yang dibintangi Jack Nicholson dan Tim Curry. Tahun 1990, ia membuat film Edward Scissorhand yang dibintangi another my fave actor, Johny Depp. Sama-sama nyentrik, agaknya Johny Depp dan Tim Burton adalah partner yang cocok dalam film. Terbukti kemudian Depp terlibat dalam film-film Burton yang lain seperti  Ed Wood, Sleepy Hollow, Charlie and the Chocolate Factory, Corpse Bride, Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street, Alice in Wonderland, dan Dark Shadows. Tidak hanya menjadi partner dalam kerja, konon Burton dan Depp juga bersahabat baik, bahkan Depp menjadi ayah baptis untuk dua putra Burton. Aktor lain yang juga nyentrik dan sering bermain di film Burton adalah Helena Bonham Carter, yang kemudian menjadi kekasihnya dan melahirkan dua anak putra Burton. Sayang, pasangan ini kemudian dikabarkan berpisah tahun 2014 lalu. Apapun kehidupan pribadinya, Tim Burton adalah sutradara keren dan berharap dia terus berkarya. 

Filmografi:
Miss Peregrine's Home for Peculiars (2016post-production)| Beetlejuice 2 (announced)| Big Eyes (2014)| Frankenweenie (2012)| Dark Shadows (2012)| Alice in Wonderland (2010)| Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007)| Corpse Bride (2005)| Charlie and the Chocolate Factory (2005)| Big Fish (2003)| Planet of the Apes (2001)| The World of Stainboy (2000, Short)| Sleepy Hollow (1999)| Mars Attacks! (1996)| A Visit with Vincent (1994, Video documentary)| Ed Wood (1994)| Batman Returns (1992)| Edward Scissorhands (1990)| Batman (1989)| Beetlejuice (1988)| Faerie Tale Theatre (1986, TV Series) (1 episode)| etc.

(sumber: wikipedia.org, imdb.com)

7. Zhang Zimou
Zhang adalah salah satu sutradara yang membuat saya 'jatuh cinta' dengan film-film Mandarin, terutama wuxia. Film-film Zhang, bukan hanya memiliki cerita yang kuat tapi umumnya juga didukung sinematografi yang menakjubkan mata karena menyajikan gambar-gambar yang luar biasa indah.

Zhang Yimou

Zhang lahir di Shannxi, China, pada tanggal 14 November 1954. Ayahnya, seorang dokter kulit, bekerja di Ketentaraan Nasional pada masa Chiang Kai-shek dan paman dan abangnya adalah tentara nasionalis yang kemudian dipindahkan ke Taiwan. Karenanya, Zhang mengalami masa sulit ketika kanak-kanak. Semasa Revolusi Budaya (1960an-1970an), ia berhenti sekolah dan menjadi buruh pertanian selama 3 tahun dan menjadi buruh di pabrik tekstil selama 7 tahun. Selama masa itu, ia menyempatkan diri belajar melukis dan fotografi. Pada tahuni 1978, meski tanpa kualifikasi pendidikan yang memadai, ia mendaftar kuliah Beijing Film Academy  jurusan fotograf berbkeal porfolio yang dibuatnya dan diterima (hebat ya!).  Seangkatan dengan Zhang adalah Chen Kaige, Tian Zhuangzhuang, dan Zhang Junzhao yang kemudian dikenal sebagai Generasi Kelima, semacam gerakan seni setelah era Revolusi Budaya. Bersama teman-temannya ini, Zhang membuat film One and Eight (bersama Zhang Juanho) dan Yellow Earth (bersama Chen Kaige) yang sukses di pasaran. Film selanjutnya, Old Well (1987), Zhang menjadi aktor utama dan mendapat penghargaan di Tokyo International Film Festival. Di tahun 1987 juga, Zhang membuat film debutnya, Red Sorghum, yang dibintangi my fave actress, Gong Li mendapat penghargaan Golden Bear for Best Picture pada Berlin International Film Festival 1988. Gong Li kemudian juga bermain di film Zhang berikutnya, Codename Cougar,Ju Dou, Raise the Red Lantern, The Story of Qiu Ju. Curse of Golden Flower...

Filmografi:
Red Sorghum (1987)| Codename Cougar (1988)| Ju Dou (1990)| Raise the Red Lantern (1991)| The Story of Qiu Ju (1992)| To Live (1994)| Shanghai Triad (1995)| Zhang Yimou(1995, Segment of the anthology, Lumière and Company)| Keep Cool (1997)| Not One Less (1999)| The Road Home (1999)| Happy Times (2000)| Hero (2002)| House of Flying Daggers (2004)| Riding Alone for Thousand Miles (2005)| Curse of Golden Flower (2006)| Movie Night (2007,      Segment of the anthology, To Each His Cinema)|      A Woman, a Gun and a Noodle Shop (2009)|  Under the Hawthorn Tree(2010)| The Flowers of War (2011)| Coming Home (2014)| The Great Wall (2016)

8. Hong Sang-soo
Hong Sang-soo adalah sutradara nyentrik asal Korea Selatan yang lain. Film-film Hong agak mirip dengan Kim Ki-duk dengan film-filmnya yang terkesan sangat indie, meski begitu, mengambil genre yang berbeda. Jika cerita dalam film-film Kim mengambil cerita dengan kemungkinan-kemungkinan yang ekstrim, Hong justru sebaliknya, pada peristiwa yang terasa sangat sehari-hari. Hal-hal yang terkesan sangat-sangat biasa, dengan karakter-karakter yang juga sangat biasa. Ciri khas lain dari film Hong adalah menampilkan karakter anti hero, yang dalam kehidupan nyata mungkin adalah orang-orang yang 'tidak disukai' karena dianggap memiliki sifat-sifat yang 'tidak umum.' Karena mengetengahkan kehidupan sehari-hari, film-film Hong biasanya nyaris tanpa klimaks dan bagi yang tidak suka, mungkin cenderung membosankan dan karenanya, wajar kalau film-film Hong kurang laku secara komersial.

Hong Sang-soo

Hong lahir di Seoul, 25 Oktober 1961. Hong kuliah di Chung-Ang University, dan kemudian pindah ke California College of Arts  and Crafts, Amerika. Sementara gelar masternya diperoleh di School of the Art Institute of Chicago. Hong memulai debut penyutradaraannya pada tahun 1996, dengan filmnya berjudul The Day a Pig Fell into the Well yang mendapat banyak penghargaan di ajang film awards. Pun dengan film-film dia selanjutnya. Dalam film-filmnya, Hong sering juga sering menggunakan aktor-aktor tertentu yang kemudian seolah menjadi salah satu ciri khas filmnya. Salah satu aktor yang cukup sering bermain di film-filmnya dalah aktor favorit saya, Lee Seon-gyun, yang memang terasa pas dengan film-film Hong yang 'casual.'

Filmografi:
The Day a Pig Fell into the Well (1996)| The Power of Kangwon Province(1998)| Virgin Stripped Bare by Her Bachelors  (2000)| On the Occasion of Remembering the Turning Gate (2002)| Woman Is the Future of Man  (2004)| Tale of Cinema (2005)| Woman on the Beach (2006)| Night and Day (2008)| Like You Know It All (2009)| Jeonju Digital Project "Visitors": Lost in the Mountains (short film, 2009)| Hahaha (2010)| Oki's Movie (2010)| The Day He Arrives (2011)| List (short film, 2011)| In Another Country (2012)| Nobody's Daughter Haewon (2013)| Our Sunhi (2013)| "Hong Sang-soo": Venice 70: Future Reloaded (short film, 2013)| Hill of Freedom (2014)| Right Now, Wrong Then(2015)

Plus-plus:
Saya juga memfavoritkan beberapa sutradara film-film Timur Tengah seperti Majid Majidi, Bahman Gobadi, juga sutradara perempuan Jane Campion dan Mira Nair. Sayang, film-film mereka agak sulit didapatkan :(



sumber: wikipedia.org, asianwiki.com

* Film yang saya bold sudah saya tonton. Beberapa resensinya bisa dilihat di blog saya yang mengulas tentang film, http://filmyangkutonton.wordpress.com// 

No comments:

Post a Comment